Bisa dilanjutkan dengan mengembangakan setiap ide pokok menjadi swbuah paragraf hingga menjdi sebuah cerpen ya. fokuskan pada tema dampak penyebaran COVID 19. Selamat mengerjakanTokoh tidak harus pelajar atau mahasiswa. Tetapi bebas. Rekomendasi tokoh bisa berbagai profesi: dokter, perawat, polisi, driver ojek, pedagang, guru, buruh, dan sebagainya1. Kembangkan kerangka karangan yang sudah kamu buat menjadi paragraf-paragraf sehingga menjadi sebuah cerpen.2. Tema Cerpen : Waspada Covid-19, di Rumah saja3. Perhatikan struktur, unsur pembangun teks, dan aspek kebahasaan yang harus ada dalam Teks Cerpen.4. Tokoh bebas, tampilkan perwatakan dan latar dengan gaya bahasa yang sesuai5. Tayangan video hanya sebagai gambaran untuk membuat cerpen, bukan membuat cerpen sesuai video6. Minimal teks Cerpen 1000 kata7. Selamat mengerjakanLink Video ad di bawah :https://www.instagram.com/tv/B-hGv3JhBIJ/?igshid=14cdvmc2m61pc
1. Bisa dilanjutkan dengan mengembangakan setiap ide pokok menjadi swbuah paragraf hingga menjdi sebuah cerpen ya. fokuskan pada tema dampak penyebaran COVID 19. Selamat mengerjakanTokoh tidak harus pelajar atau mahasiswa. Tetapi bebas. Rekomendasi tokoh bisa berbagai profesi: dokter, perawat, polisi, driver ojek, pedagang, guru, buruh, dan sebagainya1. Kembangkan kerangka karangan yang sudah kamu buat menjadi paragraf-paragraf sehingga menjadi sebuah cerpen.2. Tema Cerpen : Waspada Covid-19, di Rumah saja3. Perhatikan struktur, unsur pembangun teks, dan aspek kebahasaan yang harus ada dalam Teks Cerpen.4. Tokoh bebas, tampilkan perwatakan dan latar dengan gaya bahasa yang sesuai5. Tayangan video hanya sebagai gambaran untuk membuat cerpen, bukan membuat cerpen sesuai video6. Minimal teks Cerpen 1000 kata7. Selamat mengerjakanLink Video ad di bawah :https://www.instagram.com/tv/B-hGv3JhBIJ/?igshid=14cdvmc2m61pc
Jawaban:
Berikut adalah lima akibat yang ditimbulkan oleh wabah Covid-19 dalam kehidupan sosial para perempuan di Asia.
1. Penutupan sekolah
"Saya sudah berada di rumah selama lebih dari tiga minggu sekarang, bersama anak-anak," kata jurnalis dan ibu dari dua anak, Sung So-young.
Sung tinggal di Korea Selatan, yang baru-baru ini mengumumkan menunda jadwal masuk tahun ajaran baru hingga dua minggu ke depan. Sehingga, anak sekolah diliburkan hingga 23 Maret mendatang.
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image caption
Jutaan anak sekolah diliburkan sementara dari kegiatan belajar mengajar.
Pada 4 Maret lalu, sekitar 253 juta murid sekolah di Korea Selatan, China, dan Jepang dari tingkat pra-sekolah dasar hingga menengah atas tidak bersekolah, menurut angka terbaru dari UNESCO.
Langkah itu menyulitkan para perempuan di Asia, seperti yang dialami Sung, karena di banyak negara Asia timur para ibu memikul beban yang tidak proporsional di rumah, dan dia mengatakan merasa "tertekan".
"Sejujurnya, saya ingin pergi ke kantor karena saya tidak bisa benar-benar fokus di rumah," kata Sung. "Tapi suamiku adalah pencari nafkah dan dia tidak bisa meminta cuti."
Sung bersama putrinya berusia 11 tahun dan putranya berusia lima tahun menghabiskan hari dengan bermain dan menonton film. Dia mencoba menyelesaikan pekerjaan rumah ketika kedua anaknya sedang tertidur.
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image caption
Banyak wanita terpaksa mengambil cuti untuk merawat anak-anak mereka.
Situasi yang dialami Sung merupakan cerminan atas catatan buruk Korea Selatan tentang kesetaraan gender di tempat kerja. Pada tahun 2020, the World Economic Forum menempatkan Korea Selatan diperingkat 127 dari 155 negara tentang partisipasi perempuan dalam ekonomi.
Bahkan, Sung telah mendengar anekdot bahwa beberapa perusahaan memotong upah karyawan perempuan yang tidak dapat datang ke kantor karena harus mengasuh anak akibat dari penutupan sekolah.
"Banyak perusahaan tidak mengatakan ini, tetapi mereka masih melihat ibu yang bekerja sebagai beban, dan kurang kompetitif. Lagi pula, jika Anda tidak memiliki anak, Anda bisa datang ke kantor lebih sering," katanya.
Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa minggu ini akan memberikan insentif bagi perusahaan hingga US$80 per orang per hari jika para karyawan mengambil cuti untuk merawat anak-anak yang libur karena penutupan sekolah.
Pusat-pusat penitipan anak dan klub usai-sekolah diizinkan untuk beroperasi guna membantu para orang tua, namun langkah itu tetap saja menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas penutupan.
"Menutup sekolah tidak membantu menghentikan sepenuhnya penyebaran virus. Itu hanya menambah beban para ibu yang bekerja," kata Natsuko Fujimaki Takeuchi, pemilik usaha kecil.
"Ini sangat menantang untuk bisnis saya, saya tidak mendapatkan dukungan yang sama dengan perusahaan besar dapatkan di tengah gangguan ekonomi."
2. Kekerasan rumah tangga
Ketika jutaan orang di China menghabiskan waktu di dalam rumah atau ruangan untuk melindungi diri dari virus corona, di sisi lain, aktivis hak asasi mengatakan terjadi pula peningkatan kekerasan dalam rumah tangga.
Guo Jing, aktivis perempuan yang baru saja pindah ke Wuhan - tempat asal virus corona- pada November 2019, mengatakan ia secara pribadi telah menerima laporan-laporan dari orang muda yang tinggal di kota yang dikarantina itu yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga di antara orang tua mereka.
Jing mengatakan para penelepon tidak tahu ke mana harus mencari bantuan.
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Image caption
Ada peningkatan kekerasan dalam rumah tangga di Wuhan setelah virus corona mewabah.
Kemudian, Xiao Li, seorang aktivis China yang tinggal di wilayah perbatasan antara Provinsi Henan dan Provinsi Hubei, mengatakan ke BBC tentang kekhawatirannya setelah seorang kerabat meminta bantuannya usai diserang oleh mantan suami.
"Awalnya, kami merasa tidak mungkin bisa mendapatkan izin bagi dia untuk meninggalkan desanya," kata Li.
"Setelah menerima banyak bujukan, polisi akhirnya memberikan izin keluar dan masuk kepada saudara lelaki untuk dapat bertemu dan menjenguk dia serta anak-anak."